Senin, September 29, 2008

Selamat Merayakan Kemenangan...



>> kala senja di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)...

Kena

Akhir-akhir ini saya banyak memposting tentang hal-hal pribadi. Tentang curhatan saya. Isi hati saya (sampe ngaku nangis-nangis segala ;P). Tentang masa lalu saya. Bukan tentang bidang ilmu saya, atau tentang review kegiatan yang sedang saya ikuti. Semacam freelance atau hasil observasi saya. Lumayan banyak yang mempertanyakan itu. Dan saya sempat kena sentil juga. Ditegur. Oleh sahabat saya, sekaligus kakak saya. Oleh ‘guru’ saya. Ada juga teman saya yang mengatakan, ternyata dia belum cukup mengenal saya. Dia baru tau sisi lain dari saya setelah membaca beberapa postingan saya di blog ini. Tidak seperti di blog saya yang terdahulu (yang sudah dihapus karena suatu hal). Uff.. Ya sudahlah.. saya cuma berusaha menuangkan isi pikiran saya. Agar tidak mengendap, dan kemudian menguap. Menuangkannya ke dalam blog sebagai pembelajaran tentang hidup. Mungkin masih sebagian kecil. Mungkin masih sedikit. Karena saya juga masih belajar. Baik atau buruk atas apa yang pernah saya alami. Apapun itu semuanya akan menjadi pembelajaran untuk saya. Agar menjadi lebih baik lagi. Agar tidak salah langkah lagi.

(Terlalu) Hati-Hati

Jadi ingat, dulu waktu saya PKL di sebuah instansi pemerintahan (bulan juli lalu), pembimbing saya yang orang Semarang mengatakan saya orangnya terlalu berhati-hati. Beliau komen seperti itu karena ngeliat cara jalan saya yang menunduk.. padahal, jarang jalan sambil menunduk. Kecuali, sewaktu saya sedang memakai sepatu pantovel dengan hak setinggi 3 cm + rok span berwarna hitam (ooh,, i hate high heels!). Uuf, menyiksa banget saat itu. Waktu itu, saya harus hati-hati berjalan kalo ga mau keseleo (preman pake pantovel + rok? Ga banget!) atau terpeleset karena lantainya lumayan licin. Dan ternyata cara berjalan saya tidak hanya diperhatikan oleh beliau saja. Tapi oleh pegawai yang lain, yang satu ruangan di tempat PKL saya. Katanya lagi (oleh pegawai yang lain), saya terlihat lebih dewasa dari umur saya. Dikiranya saya pegawai yang masih training, bukan mahasiswi PKL. Ada juga, seorang sahabat (ahli psikolog) yang mengatakan, saya terlalu berhati-hati (again?) sekarang. Dan dia mempertanyakan, perubahan sikap saya tersebut.

Uuf.. gitu ya? Duh, jadi bingung juga sama komen-komen beliau. Tapi, ya sudahlah.. selama itu masih komen yang positif, akan saya terima (walaupun dikatain tua,haha..). Balik lagi ke komen Pembimbing Lapangan saya dan sahabat saya yang mengatakan kalo saya orangnya (terlalu) hati-hati. Maksudnya adalah, dalam bersikap, dalam bergaul saya terlalu berhati-hati. Salahkah? Saya pernah mengalami kegagalan dalam berteman dan bersahabat. Dan itu menjadi semacam peringatan untuk saya, untuk berhati-hati agar tidak menyakiti banyak orang lagi. Karena mungkin, secara tidak sadar, saya telah menyakiti mereka. Karena itu, saya terkesan (terlalu) berhati-hati. Tapi, itu tergantung dengan siapa juga saya berbicara. Sekiranya saya nyaman dan “radar pendeteksi kejahatan” saya tidak berbunyi, maka saya tidak akan memasang ‘tembok’ tinggi untuk mereka.

Jadi, maafkan saya bila mungkin, ada diantara teman-teman yang merasa tidak nyaman dengan ‘tembok’ yang saya bangun. Dan terimakasih untuk peringatannya. Berarti masih ada yang memperhatikan saya. Matur nuwun ;)

>> Gambar di atas adalah tempat PKL saya dulu. Fotonya diambil dari masjid dalam area kantor.

Sudah Tradisi...

Sudah menjadi tradisi dalam keluarga kami setiap Lebaran tiba, pasti berkumpul di Solo. Dulu, sewaktu ibu dari ayah saya masih ada, saya pasti akan menginap satu minggu di sana. Walaupun orangtua dari ibu saya sudah meninggal, tapi pasti ada hari di mana kami menginap di sana. Entah pada Lebaran ke berapa. Rencana pada Lebaran ke-3 besok adalah berkumpul di salah satu family di Magelang (siap-siap jadi MC dadakan di acara arisan nanti) .Dan saat mudik ke Solo adalah moment terpenting untuk saya. Bukan mengharapkan angpao dari family yang lebih tua (karena dari kecil saya sudah diajarkan untuk tidak memaknai Lebaran dengan menerima pemberian angpao), tapi suasana Lebaran di sana benar-benar berbeda. Auranya berbeda dengan di Semarang. Kekeluargaannya lebih terasa. Lebih Njawani (lebih jawa), kalo kata teman-teman saya. Tapi, berhubung sekarang sesepuh sudah tidak ada, paling-paling hanya menyempatkan nyekar (ziarah)ke makam sesepuh mungkin ditambah ke makam sahabat saya, sungkem ke para tetangga di Solo, jalan-jalan ke pusat oleh-oleh, mampir ke rumah-rumah teman ayah/ibu saya, setelah itu paling-paling wiskul alias wisata kuliner,hehe.. Ayah saya jagonya nyari makanan khas Solo yang jadi langganan kami dari jaman ayah saya masih muda dulu. Haha.. malah nostalgia, jadinya. Ah, sebentar lagi akan mudik lagi. Alhamdulillah sudah berhasil melewati Lebaran tahun ini lagi. Walaupun kurang berhasil melewati puasa. Semoga, tahun depan bisa merayakan Lebaran lagi..

>> buat temen-temen yang mudik ke mana aja, hati-hati dan semoga sampai ke tempat tujuan dengan selamat..
>> jangan lupa cerita mudik dan oleh-olehnya ya ;D

Sabtu, September 27, 2008

Hebat

Teman : duh panas bgt ya? Kayak di gurun sahara.btw,km puasa chi?
Saya : iya. Denger2, suhu kota Semarang saat ini mencapai 35 derajat celcius dan mungkin bakal lebih panas lg.
Teman : Pantesan.. Hebat ya kalian. Panas-panas gini masih kuat puasa..

Kemaren sempet ngobrol dengan teman saya yang beragama non Islam. Dan saya hanya bisa tersenyum saat dia berkomentar seperti itu.. Malu.. Karena saya tidak sehebat itu. Saya masih sering mengeluh.. Masih sering lepas kendali. Emosi. Padahal sedang puasa. Kalaupun saya menjalankan puasa, itu karena memang kewajiban saya sebagai umat muslim. Dan saya tidak sehebat itu. Karena belum bisa puasa dalam segala hal..

Lebaran = Baju baru??

“Chi,udah punya baju baru?”
“buat apa?”
“lebaran dunk..”
Jawaban temen gue,bikin gue terdiam. Dan berpikir. Jadi selama ini pemikiran dia tentang lebaran kayak gitu ya?? Ato mungkin pemikiran byk orang?
Ampe rela antri di mall,daripada sholat tarawih??

Tergusur

Ya, saya, atau tepatnya kami sekeluarga akan tergusur. Bukan terkena eksekusi lahan, tapi karena daerah kami terkena proyek jalan tol Trans Jawa (Batang-Semarang-Solo) yang rencananya akan dikerjakan mulai tahun ini. Entah kapan. Pemda Kota Semarang menargetkan, akhir tahun 2008 sudah ada pembebasan lahan bagi penduduk yang terkena proyek jalan tol. Uch, sedih rasanya. banyak hal yang tersimpan di sana. banyak kenangan terukir di sana. Bahkan dari lahir saya sudah di sana. Walaupun banyak dukanya, tapi berat rasanya bila harus meninggalkan tempat itu. Makanya sekarang (terpaksa) hunting rumah lagih. Sementara ada rencana untuk membangun rumah impian yang ke-2.. Dan harus adaptasi lagi di tempat yang baru. Mohon doanya, yang terbaik untuk kami ya? Kalo emang harus pindah ya ganti rugi-nya yang sepadan..


>> gambar di atas adalah hasil huntingan rumah yang sempat saya foto minggu kemaren di sebuah kompleks perumahan baru di daerah Semarang Atas

Pemilih

Kemaren saya ke tempat kos temen saya. Niatnya mau menyelesaikan tugas kelompok. Diselingi ngobrol-ngobrol santai, eh.. tiba-tiba temen saya bilang, katanya saya orangnya cuek banget. Tapi yang ga kenal, dikira saya orangnya pemilih banget. Ha? Pemilih? Sempet ga ngerti juga maksudnya apa.
Pemilih sayuran/makanan siih mungkin iya. Apa maksudnya pemilih yang itu?
Tapi segera temen saya menjelaskan. Maksudnya, saya ini pemilih teman. Haaa? Pemilih teman??? Kok bisa gitu? Maksudnya apa? Saya baru tau ada istilah kayak gitu.. Kalo pemilih sahabat, iya. Maksudnya, saya ga bisa sembarangan menetapkan, dia sahabat saya atau hanya teman, hanya karena kami banyak persamaan, selera kami hampir sama, atau hanya karena dia mau ‘menampung’ saya di kosnya dia.

Kelihatannya jahat ya? Atau terlalu diskriminasi? Ga tau juga. Tapi berdasarkan pengalaman, saya hanya mau menetapkan dia sahabat saya atau bukan, saat saya tertimpa masalah. Ga hanya satu masalah saja. Tapi, beberapa masalah. Atau, saya nyaman berbicara dengan dia atau tidak. Biasanya memang, bila kita tertimpa masalah, seorang sahabat pasti akan membantu, bukan menjauhi kita. Dan saat terjadi sesuatu dengan kita, saat banyak orang menjauhi kita, dia tidak akan bertanya, mengapa.. Tapi (harusnya) dia mempercayai kita. Tidak akan membeberkan rahasia saya, walaupun hubungan kita sedang renggang. Dan mau menerima apa adanya saya. Naaah.. yang terakhir itu bener-bener susah. Soalnya, banyak yang bilang, saya kasar. Khas Semarang (padahal, ga ada darah Semarang), nylekit. Kalo ngomong ga pake pake sensor (emang badan sensor??). Ga peduli yang diajak ngomong, marah ato ga. Apalagi kalo “singa”-nya kumat. Ngamuk-ngamuk ga jelas. Yang di deket saya, bisa jadi korban amukan. Malah, ada juga yang bilang, saya sombong (apa yang mau disombongin??). Dan biasanya, kalo ga kenal saya, bisa langsung ngacir, ngejauhin saya. Setelah tau “asli”-nya saya.

Itu dia susahnya nyari sahabat. Makanya, saya selektif banget, dan bisa dibilang, pemilih banget, buat urusan sahabat. Malah ada seorang sahabat yang bilang, “kayak milih pacar aja” . Hehe, ya hampir mirip. Kalo milih pacar, malah lebih selektif lagi. Tapi kalo teman.. Ga lah.. Saya ga pernah selektif milih teman, kecuali kalo dia teroris atau koruptor atau trouble maker. Siapa aja bisa dan boleh jadi temen saya. yang lebih tua/lebih muda, cewek/cowok, single/udah beristri, buat saya ga jadi masalah. Agamanya Islam atau bukan, buat saya bukan menjadi masalah. Toh, saya juga bisa belajar banyak hal dari mereka kan?

Ada seorang ahli filsafat yang mengatakan, “seorang sahabat adalah salah satu yang menentukan baik/buruk dirimu”

Makanya, ga salah kan kalo saya selektif dalam memilih sahabat?

Kamis, September 25, 2008

Terima Kasih

Emang susah banget ya,bilang terima kasih, thanks, makasih, dkk-nya?
Gw ga habis ngerti aja ma orang-orang yang “never say thanks” setelah pinjem barang/minta tolong ma orang lain.
Gw bukannya gila pujian..
Tapi,apa gitu,sikap orang yang habis pinjem barang orang lain?
Never say thanks???
Pake muka manyun, pula..

Tentang Seseorang

Dua lagu yang kemaren saya dengar dari radio di kos salah satu teman saya. Dan yang membuat tangan saya terhenti mengerjakan tugas sejenak. Karena dua lagu ini, mengingatkan saya tentang seseorang. Salahsatu sahabat saya. Yang pernah memberikan hadiah ultah berupa kaset yang berisi lagu-lagu ini. Yang sering menyanyikan lagu ini, terutama saat saya sedang down. Merasa stuck. Ah, sekarang sudah tidak ada lagi yang menyanyikan lagu ini untuk saya..

...
'Cos you bring out the best in me
like no-one else can do
That's why I'm by your side
and that's why I love you
...

(Blue - Best In Me)

Dan ini,

Its amazing how you
can speak right to my heart
Without saying a word,
you can light up the dark
Try as I may
I could never explain
What I hear when you dont say a thing

The smile on your face lets me know that you need me
Theres a truth in your eyes
saying youll never leave me
The touch of your hand says youll catch me when ever I fall
You say it best..when you say nothing at all

All day long I can hear people talking out loud
But when you hold me near
you drown out the crowd (the crowd)
Try as they may they can never define
Whats been said between your heart and mine
....

(When U Say Nothing At All - Ronan Keating)

Berkurang

Lega banget. Minggu kemaren udah maju presentasi. Walaupun sempet acak adul (secara, ga ngerti tentang bab yg mau di presentasi-in),tapi udah tenang lah.. Bebannya udah berkurang. Sempet ngerjain dosen gw juga..
Biz, tu dosen bikin gw dongkol siih..
Enak banget dia ngritik kelompok kita, tapi setelah gw tanya ini-itu (maksudnya nge-tes), eh...
dia dengan entengnya bilang.. "ada yang bisa jelasin? ya, emang bab ini susah-susah gampang sih. susah untuk diungkapkan dengan kata-kata."
Halah.. Sok puitis banget siih. Ngeles-nya, maksud gw ;P
Kalo jawaban kayak gitu juga gw bisa kalee jawab kayak gitu..
Cuma beda status.. Dia yang berkuasa, gw yang dikuasai (baca: nilai gw) ;P
Apalagi, statusnya masih asisten.. Jawabannya juga kayak tanpa beban gitu..
hehe.. Gw jahat banget ya? ;D
*preman mode on*

Selasa, September 23, 2008

Serba Salah

Minggu kemaren lewat sini, orangnya sudah ada di sini. Lusa kemaren juga masih di sini. Malah, kemaren itu... dia tetep ada di sini. Malah, mulai masuk wilayah kampus.
Dooh, pengemis itu...
Kasian siih kasian. Tapi, saya jadi sebel juga. Bosen juga. Dan jadi ga ikhlas juga, berdermanya. Mau nyuekin, ntar dosa. Mau ngamuk ke dia yang sering maksa mintanya, juga kasian. Tapi, kalo dibiarin aja tanpa ngelakuin apa-apa juga rasanya gatel juga. Risih.
Jadi serba salah. Kalo diliat-liat, dia masih belum tua banget. Ga beda jauh dari nyokap. Masih kuat buat kerja. Kerja apa kek, ga usah jadi kuli bangunan lah. Bantu-bantu di warteg deket kampus lah, atau apa. Bukannya cuma menengadahkan tangannya aja. Lha wong, yang lebih tua dan lebih kecil badannya dari dia aja masih kuat kerja kok. Mau bukti? Itu tuh, si ibu penjual makanan di area deket perpus pusat kampus saya sana. Yang menyemangati saya, beberapa hari yang lalu (di postingan sebelumnya). Yang membuat saya salut. Hanya dengan berdagang keliling dari hari ke hari. Bisa menghidupi keluarganya. Bisa menyekolahkan anak-anaknya, bahkan sampai ke jenjang sarjana. Tanpa mengemis.

Jadi ingat sebulan yang lalu. Ada beberapa orang peminta sumbangan. Memberikan amplop kosong kepada saya. Maksudnya untuk saya isi dengan uang seikhlas saya. Tapi, cara dia beroperasinya, itu loh. Di area kampus. Masuk ke kelas, pula. Saat saya sedang buru-buru mencatat tugas yang diberikan dosen saya. Bikin bete juga. Saya kan juga masih ngrampok orang tua. Eh, malah dia dengan muka (sok) memelas tanpa keluar ‘keringat’ minta sedekah. Berdalih dari pondok pesantren, pula. Itu bener ga siih? Ato cuma akal-akalan mereka aja? Emang ada ya, panti asuhan yang menyuruh anak asuhnya untuk mengemis secara paksa seperti itu? Saya juga pernah ke panti asuhan. Punya teman anak panti asuhan, pula. Tapi, mereka bilang, mereka di larang keras untuk ‘beraksi’ semacam itu. Ada yang tau ga, gimana cara ngadepin mereka? ;P

Lupa, pura-pura lupa, atau tidak kenal

Kemaren sabtu, menemani ibunda ke pasar di deket rumah. Ketika akan melangkah, membeli sesuatu yang terlupa, saya berpapasan dengan seseorang. Seseorang yang wajahnya sangat familiar. Seseorang yang rasanya dulu pernah begitu dekat. Tapi entah mengapa saya lupa dengan dia. Kami sempat saling mengamati. Hanya dalam hitungan detik, dia berpaling. Kelihatan terburu-buru, seolah-olah saya seorang debt collector yang segera meneror dia. Dia segera berlalu dari hadapan saya. Dan saya sempat melihat raut wajahnya yang berubah pucat ketika melihat saya. Aneh. Tapi keanehan itu terjawab juga akhirnya. Ya, karena akhirnya saya mengingatnya. Dia memang dulu begitu dekat dengan saya. 10 tahun yang lalu. Sampai terjadi peristiwa itu. Yang mengubah sifat saya. yang mengubah cara pandang saya. dan membuka ‘mata’ saya. Tentang arti seorang sahabat. Tentang arti sebuah persahabatan.

Jujur, tadinya saat bertemu muka kembali, saya begitu kaget, karena dalam hati kecil saya pernah mengenalnya begitu dekat. Tapi, siapa dan sedekat apa?
Entah apa maksud dari semua sikapnya tadi. Atau kah dia ingin menghindar? Atau tidak ingin mengingat saya? atau takut akan saya tuntut akan perlakuannya dulu terhadap saya? Padahal, saya hanya ingin bertanya bagaimana kabarnya, sedang sibuk apa dia sekarang, dan sebagainya layaknya seorang teman yang sekian lamanya bertemu kembali setelah sekian lama tidak terdengar kabarnya. Saya tidak akan mempertanyakan semua sikapnya dulu terhadap saya. Buat apa? Dari sikapnya saja saya sudah tau apa yang terjadi. Saya juga tidak hendak memaki atau meneror dia. Untuk apa? Saya toh sudah kembali bisa berdiri lagi, walau dengan langkah perlahan dan kadang hampir terjatuh.

Dan saya bersyukur telah mengalami semua itu. Karena peristiwa itu, saya jadi tau mana sahabat yang benar-benar tulus atau hanya mau mendekat saat senang saja, tapi saat saya difitnah banyak orang, dia ikut menghujat saya. dan saya juga telah memaafkan dia. Kalaupun saya belum bisa melupakan peristiwa itu, semata-mata untuk menjadi pelajaran yang berharga untuk saya. saat saya terjatuh, hanya sahabat sejati lah yang akan mengulurkan tangannya untuk menolong saya dan percaya kepada saya, di saat semua orang memfitnah saya.
Saya jadi teringat bahwa beberapa minggu yang lalu saya bertemu (lagi) dengan teman yang lain. Yang bersikap sama juga terhadap saya. ga tau juga maksudnya apa. Karena saya merasa tidak berbuat salah terhadap dia. Atau dia merasa ‘lebih dari saya, sehingga saya tidak penting untuk dikenalnya? Yang jelas, dia lebih tinggi (badannya) dari saya. tapi, bukan berarti lebih segalanya kan?

Dan tadi malam, lagi-lagi saya bertemu dengan teman lama. 3 tahun lebih tidak bertemu. Saya juga sudah hampir lupa dengan dia. Tapi, senyumnya langsung terkembang. Senyum seorang teman lama. Walaupun kami tidak pernah satu kelas. Karena kami hanya satu angkatan saat SMA dulu. Dan saya jadi teringat dengan masa-masa SMA saya dulu dengan berbagai kenangannya dengan dia dan teman-teman yang lain. Kami tidak sempat bertanya apapun karena dia terlihat begitu sibuk dengan kerjaannya. Seringkali, saya benar-benar lupa kalau pernah mengenal si A, siapa namanya, teman saya yang mana, kenal di mana, dsb, dsb. Dan biasanya memerlukan waktu beberapa lama untuk membuka memori ingatan saya tentang teman-teman saya. Atau terkadang entah mengapa saya begitu mengingat tentang seseorang yang baru beberapa kali saya kenal. Tapi, kalaupun ingat, ketika bertemu akan saya coba sapa. Kalaupun dia tidak ingat kepada saya, itu urusan lain. Bukannya malah mlengos, atau menghindar. Kecuali, dia benar-benar telah membuat saya terluka.

Ah sudahlah. Yang penting masih banyak teman dan sahabat yang masih mau melangkah bersama dengan saya. Mau menerima apa adanya saya.

Korban kemajuan teknologi

Beberapa waktu lalu, ke ATM di dekat rumah. Niatnya mau mengecek saldo. Kalo untung masih ada uangnya ya bisa diambil. Tapi, aneh. Saat saya memasukan kartu ATM dan sudah hampir berhasil mengecek saldo, tiba terjadi masalah. Entah mesinnya yang bermasalah atau apanya. Katanya (mesin ATM), terjadi penyalah gunaan kartu. Ha? Aneh. Beberapa kali pake kartu yang sama dengan PIN yang sama pula, belum pernah terjadi hal seperti itu. Akhirnya, saya berniat akan membatalkan rencana saya. tapi ketika saya akan mencabut kartu ATM.. Looohh?? Kok ga bisa?? Doooh...
Sempat panik juga, jadinya. Akhirnya setelah (agak) memaksa, saya bisa mengeluarkan ATM yang sempat ‘disandera’ si mesin. Fiuuuh...
Terulang lagi... dulu kakak saya yang jadi korban. Entah dengan mesin ATM yang mana. Dan sekarang, saya lah korban yang kesekian.
Jadi agak trauma juga..

Dan barusan, saat saya hendak giliran memakai komputer, kembali saya dibuat kaget. Dengan ulah anak-anak sekolah jaman sekarang. Tau apa yang mereka buka? Ternyata sekian jam mereka ngenet, bukan untuk mencari bahan-bahan tugas sekolah. Tapi untuk mencari video-video kartun BF! Tidak hanya kartun. Tapi juga video BF lainnya. Astaghfirullah.....
Prihatin...

Ga mau sok suci atau munafik. Saya memang pernah ditawari oleh teman saya. untuk membuka video-video ‘panas’ tersebut. Pernah juga, tanpa sengaja membuka ‘gambar-gambar’ milik seorang teman. Tapi, kemudian langsung saya close! Malah, ada yang dengan sadisnya bilang, "hidup tuh jangan lurus-lurus aja chi.."
Hmm, gitu ya? Ternyata pendapat orang tentang saya seperti itu ya? Baru tau ;P
Apa dia masih akan berkata seperti itu ya, kalo dia tau, saya pernah ‘jatuh’ beberapa kali dan hampir tidak bisa berdiri. Pernah di teror orang; diperlakukan seperti ‘ayam kampus’(dikira semua mahasiswi kerjaannya cuma ngerayu pria berduit); pernah dimaki-maki, katanya saya ga punya perasaan, nyakitin orang seenaknya aja; pernah temenan (akrab) sama preman sekolah; pernah dicap cewek yang ga bener (hanya karena fitnah murahan); pernah hampir salah langkah karena baru tau tentang kenyataan yang benar-benar pahit; dsb, dsb.

Memang banyak yang belum saya tau. Tapi saya yakin suatu saat saya akan tau saat memang sudah tiba waktunya. Buat apa maksain pengen tau, kalo belum boleh tau? Yang malah ujung-ujungnya jadi nyuri-nyuri pengen tau. Dengan cara yang ga bener, pula. Haduh, ga banget deeh. Dan saya sendiri lah yang harusnya bisa menyeleksi untuk diri saya sendiri. Apakah sesuatu itu, sangat penting untuk saya tau, ada gunanya atau ga. Mau dibilang kuper kek, masih lugu kek, bodo amat. Percuma juga kalo ngerti teknologi tapi untuk buka-buka yang ga penting kayak gitu. Manfaatnya apa siih? Ga ada kan? Yeah, paling ga buat saya. Jadi ngeri juga mikirin anak-anak abege (SMP) jaman sekarang. Lebih dewasa sebelum waktunya. Bahaya lagi, kalo ga ada pengawasan dari yang lebih dewasa. Ga kayak jaman saya abege dulu. Hape juga masih baru-barunya masuk indonesia. Paling-paling, baca komik, atau nonton ke bioskop. Itupun jarang banget. Paling, kumpul ma temen-temen ato aktif di ekskul sekolah.

Kalo sekarang? Hape anak-anak yang masih sekolah pun tidak kalah canggihnya dengan hape orang dewasa. Walaupun kalo dilihat dari manfaat, mobilitas mereka juga masih sedikit. Ya..ya.. Begitu cepatnya teknologi berubah-ubah. Semoga juga dibarengi dengan pengawasan dari orangtua dan guru, agar mereka tidak salah melangkah..

Jumat, September 19, 2008

Males ah.. Besok-besok ajah..

Temen : “gi ngapain Chi? Udah sembuh? Bla..bla...*sms yang ga penting* ..”
Saya : “gi bikin tugas. Ini lagi penyembuhan. Tadi sempet kumat siih. Makanya ga bisa ke mana-mana,bla..bla..*menjawab sms yang ga penting* ..”
Saya : “eh, btw km ga tarawih neh? Kan sekarang jamnya tarawih, bukan? ”
Teman : “ga. Males ah.. besok-besok ajah.. biz masih capek siih. Tadi dipaksa nemenin cewek gua shopping, ngabuburit, bla..bla..bla..*sms ga penting lagi*..”
Saya : “Ha?? Ooh(speecless+agak bete).. eh, btw, gw makan dulu ya, udah diteriakin mami disuruh makan tuuh. Takutnya ntar sakit gw kumat lagi (ngeles)..”
Teman : “key deeh..”

Obrolan singkat dengan teman saya kemaren malam, beberapa hari yang lalu. Tapi sempet bikin saya speecless dan (agak) shock dengan jawaban smsnya. jadi lumayan bete juga. Enak bener dia bilang males. Nah, saya aja ampe nangis-nangis (ngaku juga ;P) waktu beberapa kali ga bisa sholat tarawih karena tepar. Ga ada alesan laen apa? Huh..

Yo wes lah. Bodo' amat. Yang penting saya udah ngingetin dia. Ga berhak maksa. Lagian dia juga udah gede.. (mendadak jadi jutek ;P)


>> Dan tadi waktu saya lagi tarawih, ternyata dia sms saya. Tapi sayang, smsnya saya cuekin. Lha hape aja saya tinggal di rumah. Sampe sekarang belom saya bales. Males. Smsnya ga penting juga. jahat ya? ;P

Diam

Banyak yang ingin kutanyakan..
Banyak yang ingin kuutarakan..
Tapi mulut ini selalu terkunci. Tak dapat berkata sesuatu pun.
Otak ini jadi kosong
Tak dapat berpikir apa pun..
Hanya bisa diam..
diam..

Sabar..

“Sing sabar yo mbak. Kuliah memang mumet. Opo meneh yen skripsi. Abot. Tapi nek wis lulus yo lega. Anakku mbiyen yo ngono”
(yang artinya : yang sabar ya mbak. kuliah emang pusing. apalagi kalo skripsi. berat. tapi kalo udah lulus ya lega. anakku dulu juga gitu)

Itu tadi beberapa obrolan dari seorang ibu. Seorang penjual makanan di areal kampus gw. Dan kata-katanya itu malah ngademin hati gw yang beberapa hari ini sempet “panas”. Ma tugas-tugas, temen-temen yang lumayan bikin gw mesti ekstra mikir lagi. Jadi ga nyesel deeh, tadi lewat jalan menuju perpus yang agak jauh. Pengen beda aja. Refreshing. Sampe tadi ketemu sama si ibu.
Makasih ya bu, supportnya ;)

Selasa, September 16, 2008

Beda

Beda Saham dan Obligasi (menurut PSAK no. 10) :
Saham
Merupakan surat berharga yang menunjukkan bukti adanya penanaman modal terhadap suatu perusahaan. Misalnya:investasi
Sedangkan,
Obligasi
Adalah surat berharga yang menunjukkan adanya hubungan utang-piutang antara kreditur dengan perusahaan yang menerbitkan efek (surat berharga).
Misalnya:utang

Beberapa waktu lalu, disms seorang teman yang menanyakan tentang perbedaan Saham dengan Obligasi (secara singkat). Berhubung, beberapa hari kemarin tepar, jadinya ga bisa ngebales sms/kirim e-mail. Kurang lebihnya seperti ini yang saya tau. Mungkin ada yang mau menambahkan?
Silahkan.. ;D

Sabtu, September 13, 2008

Dengan Menyebut Nama Allah


Dengan menyebut nama Allah
Jalani hidupmu
Yakinkan niatmu
Jangan pernah ragu
Dengan menyebut nama Allah
Bulatkan tekadmu
Menempuh nasibmu
Kemanapun menuju

Serahkanlah hidup dan matimu
Serahkanlah pada Allah semata
Serahkanlah duka gembiramu
Agar damai
Senantiasa hidupmu


Beberapa hari yang lalu dapat kiriman mp3-nya Gigi - Dengan Menyebut Nama Allah.
Akhirnya..
Berhasil ngrampok lagih. Wah prestasi yang membanggakan tuuh,hehe.
.
Lagu ini sebenernya udah jadul banget. Udah banyak yang menyanyikannya, pula.
Tapi waktu di aransemen ulang sama mas Arman cs, lagunya jadi lebih berasa.
At least, lagu ini berhasil menggeser kedudukannya Justin Timberlake dari daftar mp3-ku,haha..

Hidup Mas Arman ! Eh..

Hidup Gigi ! ;D



>> Thanks to Imgar, udah diijinin ngrampok Gigi-nya ;)
>> thanks to Ryo juga. Bwt mp3-nya Crisye - Lirih. Udah sampe, boz ;D


Anak dan Cita-cita


Dan dia berkata;
Anakmu bukanlah anakmu.
Mereka putra-putri kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka datang melalui engkau, tapi bukan dari engkau
Dan walau mereka ada bersamamu, tapi mereka bukan kepunyaanmu
Kau dapat memberi mereka cinta kasihmu, tapi tidak pikiranmu
Sebab mereka memiliki pikirannya sendiri.
(halaman 22 dari bukunya Kahlil Gibran – Sang Nabi)

Adalah seorang ibu yang mempunyai keinginan dan ambisi. Ingin anak (perempuan) sulungnya kuliah di Fakultas MIPA. Dia bukan dosen FMIPA. Entah karena apa dia memaksakan keinginannya kepada anaknya. Tanpa mendengar apa keinginan anaknya, si ibu langsung memerintahkan agar si anak memilih Fakultas MIPA. Awalnya memang si anak berhasil kuliah di Fakultas MIPA sesuai keinginan sang ibu. Masalah baru mulai muncul saat si anak mulai kuliah. Pada tengah semester, kuliahnya mulai keteteran. Berbagai berita mulai muncul, penyebab si anak mogok meneruskan kuliah. Ada yang bilang, si anak baru saja putus dari pacarnya yang satu jurusan dengannya. Yang lain bilang, aksi tersebut adalah aksi ‘protes’ si anak atas ke-sewenang-wenang-an sang ibu yang memaksakan kehendaknya. Bahkan, sampai deadline semester (semester 15), sang anak belum juga mau menyelesaikan kuliahnya.

Ada pula cerita lain. Tentang seorang ayah yang memaksakan keinginan dan ambisinya untuk menyekolahkan (baca:kuliah) anaknya di jurusan Teknik. Si ayah ingin ada anaknya yang meneruskan ‘perjuangan’nya dulu, sekolah di jurusan Teknik. Dan yang terkena imbasnya adalah, sang anak terakhir, anak perempuannya. Dari awal sekolah (baca:SMA) si anak sudah diultimatum agar memasuki jurusan IPA saat kelas 3 nanti. Semua usaha telah dilakukan sang ayah. Dari mengikutsertakan si anak untuk belajar dalam program Bimbel yang ternama, sampai menyertakan les privat tentang ilmu-ilmu eksak. Hanya ilmu-ilmu eksak IPA. Ironisnya, si anak gagal masuk jurusan IPA pada program penjurusan masuk ke kelas 3. Sampai akhirnya si anak memilih kuliah di jurusan IPS. Eksaknya IPS. Tidak mengikuti jejak sang ayah.

Dua kasus yang hampir mirip. Jadi terpikir juga akhirnya. Bukan bermaksud untuk menghakimi para orangtua. Mungkin maksud mereka baik. Mereka tidak ingin anak-anaknya mengalami kesulitan saat memasuki dunia kerja, nantinya. Tidak ingin anak-anaknya mengalami kesulitan seperti apa yang pernah mereka alami. Hanya saja caranya yang tidak tepat. Caranya yang salah. Tidak inginkah mereka mendengar suara hati dan keinginan dari anak-anaknya? Apakah anak-anaknya juga mempunyai keinginan yang sama seperti mereka? Orang kembar saja mempunyai keinginan yang berbeda, apalagi anak dan orang tua.
Dan hal ini nyaris terjadi lagi pada seorang teman. Masalah sepele, sebenarnya. Dia menginginkan anaknya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang pernah dia lakukan sewaktu kecil dulu. Karena anggapannya, kegiatan tersebut bermanfaat untuk tumbuh kembang sang anak. Padahal, jelas-jelas sang anak ingin mengikuti kegiatan yang lain, yang berbeda dengan pilihan sang ibunda.

Tidak ingatkah bahwa anak, bukanlah miliknya sendiri yang bisa diatur-atur semaunya? Tidak ingatkah bahwa anak adalah milik Tuhan? Tuhanlah yang lebih berhak mengatur segalanya?
Entahlah.. Semoga dia sadari.. Semoga mereka sadari..

Kamis, September 11, 2008

Tiba-tiba menangis..

...
Adakah kau mengerti kasih
Rindu hati ini
Tanpa kau disisi
Mungkin kah kau percaya kasih
Bahwa diri ini
Ingin memiliki lagi...

(Chrisye - Lirih)

>> dan tiba-tiba aku menangis....

Sejarah Nama, kebiasaan, dan sahabat dekat..

Banyak yang mempertanyakan arti nama Echi Weedya. Karena nama itu sebetulnya hanya nama panggilan saya. Nama asli saya sebetulnya bukan itu. Bukan karena saya malu dengan nama asli saya. Tidak. Tapi, teman-teman dan sahabat saya terbiasa dengan nama Echi Weedya. Awal mula panggilan “echi” ini sendiri berasal dari adik salah satu sahabat saya. Waktu itu, saya main ke rumah salah satu sahabat saya tersebut bersama dengan sahabat-sahabat saya yang lain. Saat itu, dia tengah diberi mandat oleh orangtuanya (yang akan menghadiri suatu acara) untuk menjagai adiknya yang saat itu masih berumur 3 tahun. Naah, waktu saya sedang bermain dengan adiknya, dia memanggil nama saya “echi”. Padahal, harusnya bukan “echi”. Waktu itu, sang kakak (yang tak lain adalah sahabat saya) sempat marah, karena si adik tetap keukeuh memanggil saya “echi”. Ya sudahlah, biar dia memanggil seperti itu, pikir saya waktu itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, sahabat-sahabat saya (termasuk sang kakak yang tadinya memarahi adiknya) malah memanggil saya “echi”.

Sebetulnya, saya bukan termasuk orang yang ribet dengan nama panggilan. Nama apa aja, terserah. Asal masih ada hubungannya dengan nama saya, asal tidak dipanggil “monyet” atau sejenisnya. Tapi, sekarang saya mulai menyeleksi siapa saja yang memanggil saya dengan panggilan “echi” atau “weedya”. Dan siapa saja yang berhak memanggil saya dengan panggilan rumah.

Kenapa?

Masalahnya, beberapa bulan ini saya mendapat teror dari seseorang yang mengaku pernah mengenal saya begitu dekat. Bahkan, dia mengaku pernah (maaf) ML dengan saya. Whaaatttttt??? ML???? Sudah gilakah saya???
Saya memang mempunyai banyak teman pria. Sahabat dan “kakak” saya juga lebih banyak pria, walaupun ada segelintir sahabat yang perempuan (itupun bisa dihitung dengan jari). Tapi, itu tidak lantas membuat saya menganut faham Liberalisme, seperti free sex. Saya tidak akan berbuat segila itu. Walaupun saya belum tau banyak tentang agama saya, tapi saya tidak akan melanggar larangan dalam agama saya. Itu sudah jadi prinsip saya!Dan saya masih cukup waras untuk tidak berbuat segila itu. Dia (si penelepon psikopat itu) bahkan tau kebiasaan-kebiasaan saya di rumah. Pakaian apa saja yang sering saya pakai.
Gila!

Dan si penelepon psikopat itu masih juga meracau dan menggila. Dalam sehari, dia bisa missed call (ga berani telepon=loser!) minimal 4 kali dalam sehari (pagi, siang, sore, dan malam) atau sms minimal 10 kali dalam sehari. Tadinya memang saya tidak pernah menggubris sms iseng itu. Yang mulai mengganggu ketentraman hidup saya, dia meneror saya melalui 2 nomor saya. Nomor As memang banyak teman-teman saya yang tau. Tapi, nomor mentari saya? Hanya sahabat, teman lama (sekali), dan keluarga besar saya saja yang tau. Dan disetiap smsnya, dia memanggil saya dengan nama”echi” dan juga nama panggilan saya di rumah (hanya orang rumah, sahabat dan keluarga besar saja yang tau). Naah ! Aneh tuuh ! Biasanya, bila ada teman saya yang memenggil saya “echi”, dia tidak pernah mengetahui nama panggilan saya di rumah. Begitu juga, sebaliknya. Memang, hanya sahabat saya yang sudah lama kenal saya dari SMA tau kedua nama saya. Tapi, saya tau mereka tidak akan pernah berbuat segila itu dan tidak akan ‘bercanda’ seperti itu.

Hal itu akhirnya yang menjadi misteri dan tanda tanya besar dalam benak saya. Dan anehnya lagi, dia juga mengaku kalau saya pernah menginap di tempat kosnya saat ke bandung atau menginap di rumahnya di bogor, sendirian. SENDIRIAN. Itu lebih aneh lagi. Ayah saya tidak pernah mengijinkan saya pergi ke luar kota sendirian, walaupun itu ke rumah famili saya. Saya pun juga tidak terbiasa pergi sendirian bila ke luar kota. Tidak pernah sekalipun. Kecuali, saat saya mengikuti acara kampus (KKL). Itupun, selalu pergi bersama dengan teman-teman saya.

Kejadian, ini berlangsung selama 6 bulan lebih! Dari bulan November tahun 2007 dan berhenti meneror (kurang lebih) pada bulan April tahun 2008. Itupun, setelah salah satu sahabat saya berhasil melacak si peneror gadungan tersebut.

Saya tidak tau apa yang sahabat saya lakukan pada peneror psikopat + gadungan itu. Tapi, yang jelas, saya sudah tau orangnya. Ya. Dia (pernah) dekat dengan saya. Karena dia teman dari mantan pacar kakak perempuan saya. saya hanya tidak habis mengerti dengan perlakuan dia tersebut terhadap saya. di satu sisi (sebagai kenalan saya), dia sok bersikap manis. Sok bijaksana, baik hati dan tidak sombong(halah, pramuka banget!). Munafik sekali, pokoknya. Tapi, sebagai peneror psikopat, dia bisa berbicara, seolah-olah dia seorang germo/mucikari yang sudah sangat pengalaman. Mungkin, kata-kata saya (sangat) kasar. Tapi, tidak ada kata-kata lain yang pantas selain itu.

Saya bukan orang yang penakut hanya gara-gara masalah sepele. Tapi buat saya, itu jadi mimpi terburuk saya. Bahkan, saya sempat parno terhadap sahabat & teman pria yang dekat dengan saya. Makanya, sekarang saya jauh (lebih) selektif (lagi) dalam berkenalan dengan seseorang. Tadinya saya mau marah pada kakak perempuan saya, karena gara-gara dia teledor, sembrono memberikan nomor pribadi saya kepada teman-temannya tanpa ijin dari saya.

Tapi, sudahlah...
Bagaimanapun, dia adalah kakak kandung saya. Saya tidak mau menimbulkan pertengkaran hanya karena hal tersebut. Tidak mau membuat kakak saya jadi kepikiran. Bisa-bisa nanti dia malah pingsan lagi. Dan terutama, tidak mau membuat Ibunda jadi ikut khawatir. Biar itu jadi pengalaman yang paling berharga buat saya sendiri. Harus lebih berhati-hati bersikap dan berbuat. Mungkin apa yang saya lakukan benar, tapi tidak atau bahkan menyinggung untuk oranglain.
Satu lagi pembelajaran yang saya dapat. Saya jadi lebih dekat dengan sahabat-sahabat saya.

Thx God. udah ngasih sahabat-sahabat seperti mereka..
en thx 4 all, prens.. ;D

Rabu, September 10, 2008

Through the rain

When you get caught in the rain
With nowhere to run
When you’re distraught
And in pain without anyone
When you keep crying out to be saved
But nobody comes
And you feel so far away
That you just can’t find your way home
You can get there alone, it’s ok
Once you say

I can make it through the rain

I can stand up once again
On my own and I know
That I’m strong enough to mend
And every time I feel afraid
I hold tighter to my faith
And I live one more day
And I make it through the rain

And if you keep falling down

Don’t you dare give in
You will arise safe and sound
So keep pressing on steadfastly
And you’ll find what you need to prevail
Once you say

I can make it through the rain
I can stand up once again
On my own and I know
That I’m strong enough to mend
And every time I feel afraid
I hold tighter to my faith
And I live one more day
And I make it through the rain

And when the wind blows

And shadows grow close
Don’t be afraid
There’s nothing you can’t face
And should they tell you
You’ll never pull through
Don’t hesitate
Stand tall and say

I can make it through the rain

I can stand up once again
On my own and I know
That I’m strong enough to mend
And every time I feel afraid
I hold tighter to my faith
And I live one more day
And I make it through the rain

I can make it through the rain
Can stand up once again
And I’ll live one more day, and I
I can make it through the rain

Oh yes you can

You’re gonna make it through the rain

(Mariah Carey - Through Tha Rain)

>> Cuma gi pengen dengerin lagu ini aja kok.Daripada ntar datanya kena virus, mendingan di simpen di sini aja kan? lagian, walaupun mellow, tapi bikin semangat ;D

Gara-gara gratisan

Ga selamanya gratisan itu bikin semua orang senang. Adalah saya yang jadi dongkol gara-gara gratisan sms dari Telkomsel yang memberlakukan sms Rp. 0,-dari pukul 00.00-06.00 ke seluruh pelanggan Telkomsel sd. 26/09/08
(halah.. malah jadi iklan!).

Dan karena saya menggunakan nomor As, alhasil saya yang jadi korban dari keisengan teman-teman saya yang bernomor telkomsel. Masih mending kalo mereka cuma nanyain kabar saya di malam (menjelang pagi) buta, atau cuma menanyakan ‘lagi ngapain’. Tapi sms yang saya dapat kemaren minggu malam dari seorang teman, bikin saya lumayan dongkol juga.

Gimana, gak. Isi smsnya begini,

“inalilahi wainailaihi rojiun. Tlng ksh tw tmn yg laen. Tlh meninggal dunia sekitar jam 12 tadi. Tmn qta, sahabat tersayang qta....

ULTRAMAN.

Dibunuh oleh monster ubur2....”

Shiiitt !!! Grrrhhh !!! pengen ngamuk aja, rasanya.
Saya bukannya ga bisa diajak ketawa. Bukannya ga ngerti kalo itu cuma becanda. Tapi...
Kira-kira doong kalo becanda. Dan saya juga jadi sempet marah-marah ke temen saya, karena sms yang dia kirim. Ga tau sms saya yang kurang ‘marah’ ato gimana, tapi kayaknya teman saya itu ga sadar kalo saya marah.

Jujur, saya trauma. Ya. Trauma dengan sms semacam itu. Apalagi, yang kata-kata depannya ada kata “inalilahi wainailaihi rojiun”.

Buat saya, itu kabar berita duka. Dan buat saya, jam-jam tengah malam gitu (00.30 WIB) biasanya sms penting.

Dan yang membuat saya trauma adalah :
- orang-orang terdekat saya meninggal saat tengah malam menjelang lebaran seperti sekarang ini.
- Salah satu sahabat saya meninggal saat tengah malam seperti ini.
- Saat teman-teman saya mencoba memberitahukan hal itu (meninggalnya sahabat saya), hape saya sedang saya matikan, dan saya sedang di rumah family di luar kota. Alhasil paginya (saat subuh), saat saya baru mengaktifkan hape saya, saya baru tau tentang kabar itu disertai telepon bernada marah dari teman-teman saya itu. Sejak itu saya jadi trauma dan tidak pernah mematikan hape saya.

Tapi, setelah beberapa menit kemudian saya insyaf. Saya (mencoba) memaafkan ‘becandaan’ teman saya tadi dan berusaha melupakan kedongkolan tersebut (walau belum bisa hilang sepenuhnya). Mungkin saja dia belum pernah mengalami di telfon pagi-pagi buta dan mendengarkan opening, “inalilahi wainailaihi rojiun” dari seberang telfon.

Atau belum pernah mendapat sms berkali-kali yang berisi kabar duka saat dini hari seperti itu. Ya. Semoga dia tidak mengalami trauma seperti saya. Dan berusaha memperbaiki ‘becandaannya’ tersebut.

Ya sudahlah. Semoga tidak terjadi kedongkolan lagi yang lain.

Prinsip (Mahasiswa) Akuntansi




Mahasiswa Akuntansi harus berjiwa akuntansi
Bernafaskan neraca
dan bermata aktiva
Setiap transaksi adalah aliran darahnya
serta selalu berpikiran arus kas.

Jayus banget ya? Kemarin saya mendapat sms dari seorang teman. Mungkin maksud dia, ingin menghibur. Tapi kok selalu pas dengan apa yang sedang saya pikirkan ya? Saat dia mengirimkan sms ini, saya sedang berpusing-pusing ria dengan tugas salah satu mata kuliah yang diberikan dosen saya.

Tadinya udah mau emosi aja sama tugas-tugas kuliah. Susah banget siih. Mana udah ngantuk, pula. Tapi, setelah dapet sms ini, malah jadi geli sendiri. Jadi nyadar juga, akhirnya.

Jadi teringat dengan sentilan dari dosen saya, “Emang kuliah di eksak-nya ekonomi ya wajar kalo tugasnya selalu berkaitan dengan menghitung dan angka. Kalo mau kuliah yang ga ada angka dan berhitung ya kuliah aja di jurusan sastra atau sejarah.”

Bukan bermaksud merendahkan jurusan itu siih. Tapi kakak perempuan saya yang kuliah di jurusan sastra dan teman saya yang mengambil kuliah di jurusan sejarah juga mengakui kok. Mereka ga mau ketemu lagi dengan yang namanya jurnal akuntansi, kurva, kolom neraca, atau angka yang bikin pusing dan ga nafsu makan.

Hehe, sampai segitunya ya? Kalo saya sih tetep bisa ngemil dan nafsu makan tuuh. Justru kelemahan saya, kalo saya harus menghafal tokoh-tokoh bangsa beserta masa-masa perjuangannya, dan sebagainya.

Makanya, begitu dulu ada pembukaan pendaftaran mahasiswa melalui jalur SPMP (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Berprestasi, jaman dulu semacam PMDK) di kampus saya, saya bertekad untuk tidak mengambil jurusan hafalan semacam Sejarah.

Jurusan itu yang jadi momok buat saya. Kapok. Ngapalinnya sampai bikin kurang tidur dan kurang makan, hehe...

Gosip

Yuup.. saya ga suka acara gosip.. tau kan?? Beritanya yang serba ga pasti. Kalo pun pasti, pasti karena di paksain. Saya juga berusaha tidak menggosipkan orang lain, karena saya sendiri juga tidak suka digosipkan. Saya berusaha memposisikan diri sebagai korban gosip tersebut, pasti sangat mengganggu privasi seseorang. Dan pastinya menambah dosa (apalagi bulan puasa seperti ini). Biasanya saya hanya mendengarkan saja, saat ada teman saya yang menggosipkan teman lain. Misalnya saja, teman saya si A (penggosip) menceritakan bahwa hubungan si B dan si D sekarang sedang renggang. Penyebabnya adalah, katanya si B ternyata baru tau kalo si D ternyata udah punya pacar. Dan si D ga pernah ngomong ke si B. Padahal, si B udah jelas-jelas memberi perhatian lebih kepada si D....

Hukh... Katanya...

Bete banget kalo akhirnya, endingnya denger kata-kata, “katanya”.
Kata siapa?? Ga pasti banget kan? Dan yang bikin saya heran. Teman saya si A kok dengan tanpa dosanya menjustifikasi kalo temen saya si D ini kejam. Hanya karena peristiwa itu. Padahal, dia mengenal si B dan si D seperti saya juga mengenal temen-temen saya tersebut (si B dan si D). Bedanya, saya lumayan agak dekat dengan si D. Walaupun begitu, saya menganggap urusan tersebut, biarlah jadi privasi si B dan si D saja. Saya hanya tidak mau menambah dosa dan membuat kepala pusing hanya memikirkan hal-hal yang seharusnya bukan urusan saya.

Duuh, kok teman saya si A tersebut tidak memikirkan, seandainya dia yang jadi bahan gosip tersebut ya? Tadinya saya mau menyetop gosipnya, tapi...
Ah sudahlah. Biarkan saja. Mulut juga mulut dia. Kalo dosa kan dia yang dosa. Saya hanya mendengarkan dalam diam. Takutnya kalo mulut ini mulai ngomong, bisa-bisa tambah dosa dan tambah musuh, nantinya.

Jumat, September 05, 2008

Katanya...

Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad...


Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa....


Itu katanya Kahlil Gibran looh. Bener gak ya???

Tak Bisa Memiliki

Apakah yang engkau cari
Tak kau temukan di hatiku
Apakah yang engkau inginkan
Tak dapat lagi ku penuhi
Begitulah aku
Pahamilah aku
[**]
Mungkin aku tidaklah sempurna
Tetapi hatiku memilikimu sepanjang umurku
Mungkin aku tak bisa memiliki
Dirimu seumur hidupku
Dirimu seumur hidupku


(Samsons - Tak Bisa Memiliki)

Selasa, September 02, 2008

Email dari Seberang

"Wa'alaikumsalam wr. wb.
Surprise, dapat mail dari Echi. Makasih ya.
Piye kabar bapak dan ibu, mudah-mudahan sehat wal afiat semuanya.
Piye kuliahnya? Sudah semester berapa, ambil jurusan apa dan di mana? Terus mas Wawan dan mbak Tika sudah lulus kan?
Luama sekali orak ketemu, kuangen kabeh.
Eh, masak opo ki untuk buka puasanya? Ceritani yo, tak mbayangke masakan Jowo.
Salam untuk semuanya.
tante harismah"

Wuaaaaah... Seneeeeenng bangeeeeeeettt!!! Kemaren Senin (1/9), dapet balasan email dari salah seorang tante yang (kurang-lebih) 2 taun ada di London. Hiks..kangeeeeeeenn...



Lagu Puasa

Apakah Kita Semua
Benar-benar Tulus
Menyembah Pada-Nya
Atau Mungkin Kita Hanya
Takut Pada Neraka
Dan Inginkan Surga
Jika Surga Dan Neraka Tak Pernah Ada

Masihkan Kau Bersujud Kepada-Nya

Jika Surga Dan Neraka Tak Pernah Ada
Masihkah Kau Menyebut Nama-Nya
Bisakah Kita Semua

Benar-benar Sujud Sepenuh Hati
Kar'na Sungguh Memang Dia
Memang Pantas Disembah
Memang Pantas Dipuja
................................
(Crisye ft Ahmad Dhani - Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada)

Akhirnya...
Setelah mencari ke sana ke mari..
Beberapa waktu lalu, dapet juga mp3 sekaligus lirik lagunya (dengan ngerampok, tentunya ;P).
Lagi seneng banget dengerin lagu-lagu seperti ini. Sampe temen-temen saya bilang, " ngikutin tren Puasa, chi?"
Gitu ya? Padahal ga siih. Cuma karena seneng aja denger lagu-lagu kayak gini. Atau karena moodnya lagi sendu ya? Ga tau juga..

>> btw, thanks a lot ya, kirimannya ;)
>> pengen dengerin juga lagu nya gigi - dengan menyebut nama Allah & lagunya Tompi - Lebaran, niih. Adakah yang mau ngirimin? ;D

Hari Penting

Penting ga siih ngerayain valentine’s day?
Kemaren, waktu saya kumpul dengan teman-teman saya, ga tau kenapa jadi ngomongin valentine’s day. Dan itu jadi topik pembicaraan yang lumayan penting di antara kami, para preman (halah..). Bukan karena jomblo (karena ada yg udah beranak-bini/udah punya cewek), tapi dari rasa penasaran (kebanyakan) para kaum adam (karena yg pada ngumpul kebanyakan kaum adam), mengapa cewek2 ngrayain hari valentine yang jelas-jelas bukan hari ultah mereka, family, sahabat, atau pacar/suami (maksa!)
Berawal dari pertanyaan iseng salah satu sobat saya (yg tentunya cowok), waktu kita lagi ngumpul-ngumpul bareng..
Dia : kenapa siih, cewek-cewek suka banget ngerayain valentine’s day? Mang penting, ya?
Saya : (sambil angkat bahu) meneketehe.. gw jg heran kenapa cewek hobi banget mikirin hal-hal kayak
begituan... Padahal, tiap hari juga penuh kasih sayang,kan? Trus, pa kabar ma hari ultah dunk?? bla,,bla,,bla... (masih ga’ nyadar juga klo saya sendiri juga cewek ;D)
Sobat yang lain : Lhah,,, Lu bukannya cewek,chi?
GEERRR.....
Jadi malu sendiri,ngejelek-jelekin kaum sendiri... padahal, biasanya saya yang paling keukeuh membela kaum saya kalo’ ada diskriminasi kaum wanita di sekitar saya (sok mendramatisir bgt!). Tapi, jujur saja, di dalam lubuk hati yang terdalam,, saya juga sering berpikir tentang ini. Karena, menurut saya sendiri, hari kasih sayang bisa tiap hari,kan? Kenapa harus 14 Februari? Apa kalo selain hari itu berarti tidak sayang? Ga juga, kan? Menurut saya, justru moment terpenting adalah, hari ultah, entah itu saat saya ultah, sahabat, atau keluarga atau saat Puasa dan Lebaran.
Itu penting buat saya.. bukan karena saya akan mendapat makan-makan gratis (kalo’ yg ultah sahabat), atau mendapat kado(kalo yg ultah saya).. tapii, ada rasa haru,, rasa di dalam diri untuk lebih bercermin, introspeksi, apa aja yang sudah terjadi selama setahun ini, apa saja perubahan sikap saya yang masih harus dibenahi untuk menjadi lebih baik lagi, atau lebih mensyukuri,, bahwa saya masih bisa merayakan lagi hari lahir saya. Tapi yang paling penting siih jadi tau juga, mana orang yg perhatian / sayang sama saya dengan memberi ucapan (atau syukur-syukur kado) kepada saya,hehe... :-D

Sedangkan, saat Puasa, rasanya beda aja dari hari-hari biasanya. Bukan karena jam kuliah jadi lebih cepat selesai, tapi auranya beda aja. Lebih islami. Demikian pula pada saat Lebaran. Saat Shalat Ied. Saya sering kali menangis diam-diam saat itu. Mensyukuri bahwa saya masih diberi kesempatan oleh Yang Di Atas karena masih bisa merayakan Lebaran bersama keluarga besar. Semoga saja tahun ini saya masih bisa merayakan kembali Hari Kemenangan bersama-sama lagi seperti Lebaran tahun lalu. Semoga..