Kamis, Februari 12, 2009

Caleg vs Parpol (2)

Ada cerita lucu yang saya alami menjelang PEMILU yang semakin dekat, beberapa bulan lagi. Saat saya membuka Friendster saya, ada beberapa orang yang ingin masuk ke dalam daftar teman saya di Friendster. Awalnya, saya menyangka, mereka adalah teman saya yang menjadi Caleg suatu Parpol baru yang sekarang tengah naik daun atau tim sukses dari parpol baru dimana capresnya adalah seorang Sultan dari Yogyakarta. Tapi, ketika saya membuka FS saya, saya sama sekali tidak mengenal orang yang ada dalam daftar calon ‘teman’ saya. Ketika saya lihat profil beberapa orang tersebut, jelas sudah saya tidak mengenal mereka dan parpolnya pun juga berbeda dengan parpol teman saya. Lucunya, dari beberapa calon ‘teman’ tersebut terdapat caleg yang berbeda parpol, yang sepertinya berniat mencari simpatisan lewat media elektronik, seperti Friendster (atau akrab disebut FS). Dan para caleg tersebut adalah orang-orang yang menjadi wakil untuk daerah saya, yang tinggal tidak jauh dari rumah saya. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan terjadi perang partai/caleg di FS saya (karena di FS saya telah ada teman saya yang menjadi caleg di parpol yang berbeda), saya men-delete calon-calon ‘teman’ saya tersebut.

Sadis? Mungkin. Tapi saya juga tidak menyukai cara mereka dalam mencari simpatisan. Kalo memang berniat mencari teman, oke lah. Tapi kalo untuk kepentingan politik, maaf saja. Saya tidak setuju.

Dan ternyata para caleg tersebut tidak juga jera. Beberapa hari kemudian saat saya membuka FS saya, mereka muncul kembali dalam daftar calon ‘teman’ saya. lama-lama jadi lumayan terganggu juga. Karena, sudah dihapus, tapi mereka masih ngeyel juga mau jadi ‘teman’ saya. dan saya juga semakin ngeyel untuk menghapus mereka. entahlah, mereka masih mau jadi ‘teman’ saya atau sudah menyerah. Karena beberapa hari ini saya tidak membuka FS. Haha, maaf ya mas, om, pakde :P

Senin, Februari 02, 2009

Cuti...

Karena beberapa hal yang (lumayan) penting dan menentukan masa depan saya, beberapa minggu ini saya (terpaksa) cuti nge-blog. Maaf banget ya kalo ada yang cari-cari ato kangen saya...

huahahaha... narsis !!!!!

:D

Caleg vs Parpol (1)

Menjelang PEMILU 2009 seperti saat ini, rasanya perang antar partai semakin ‘panas’ saja. Berbagai upaya juga dilakukan oleh para caleg untuk mencari simpatisan. Bahkan masih ada juga yang mencari simpatisan dengan suap sana-suap sini (suap uang sekian juta, pastinya). Dan yang membuat saya lumayan kaget, senior saya semasa SMP dulu, ternyata ada yang menjadi Caleg. Bayangkan saja, bila sekarang umur saya 21 tahun. Paling-paling, senior saya berumur sekitar 2 atau 3 tahun di atas saya.


Bisakah dia menjalankan mandatnya nanti bila dia terpilih menjadi anggota legislatif? Atau bahkan, dalam PILKADA di suatu daerah di Jatim, ada seorang guru yang memaksa santri-santrinya yang masih di bawah umur untuk memilih partai yang dikehendaki oleh sang guru. Apakah PEMILU akan mengalami nasib yang sama?

Entahlah.

Saya pun masih belum tau parpol mana yang akan saya pilih...

Dibalik Agresi Militer Israel ke Gaza

Tidak. Saya tidak hendak menghujat ke-sewenang-wenangan Israel yang memborbardir daerah Gaza beberapa waktu lalu. Karena sudah terlalu banyak orang-orang di seluruh dunia yang ikut menghujat dan tentunya juga tidak ada untungnya buat saya. Bukan karena saya tidak kasihan dengan warga Palestina yang menjadi korban dalam serangan tersebut, tapi mari kita coba lihat peristiwa ini dari sudut pandang yang lain. Saya justru lebih prihatin dengan nasib TKW yang berada di Gaza, bahkan salah satu TKW yang di penjara karena tuduhan majikannya (yang merupakan warga asli Palestina).

Ketika seluruh dunia, bahkan tidak ketinggalan masyarakat Indonesia bersimpati terhadap anak-anak dan kaum ibu yang terluka akibat serangan Israel. Ketika di Jakarta dan di beberapa daerah terjadi demo yang dilakukan oleh ormas Islam dan salah satu partai berbasis Islam sebagai dukungan terhadap warga Gaza, dan turut mengumpat dan memaki Israel. Tidakkah mereka juga memikirkan nasib TKW yang juga tengah berada di Gaza? Adalah yang peduli dengan nasib TKW yang juga mendapat perlakuan tidak manusiawi dari warga Palestina?

Saya sama sekali tidak mendengar demo yang digelar besar-besaran untuk membela TKW tersebut. Semuanya hanya menyuarakan “FREE PALESTINA”, dsb. Saya tidak tau, apakah mereka (baca:para pendemo) takut kepada Palestina atau tidak mau tau dengan nasib TKW atau bagaimana. Tapi yang jelas, buat saya semuanya terasa tidak seimbang. Dan memang menjadi kebiasaan Indonesia. Bukan menjadi trendsetter, tapi lebih suka menjadi follower (termasuk saya, tentunya, hehe). Di saat ada sesuatu yang tengah mem-booming, kita ikut-ikutan melakukan hal yang sama agar dianggap nge-tren. Di saat seluruh dunia menggelar demo besar-besaran menghujat Israel, maka kita akan berbondong-bondong melakukan hal yang sama, tanpa melihat sudut pandang yang lain. Ironis.

Seharusnya kita tidak usah menghabiskan tenaga untuk melakukan hal yang percuma seperti itu. Apakah setelah Israel mundur, para Hamas akan menyebut Indonesia turut andil dalam hal ini? Tidak, kan? Bahkan saya kurang setuju dengan perayaan ‘kemenangan’ yang digelar Hamas secara besar-besaran. Menangkah mereka? Bukankah Israel mundur bukan karena perjuangan mereka saja? Tapi karena tekanan dari bangsa-bangsa di seluruh dunia dan juga PBB untuk menghentikan serangan ke Gaza. Bukankah akan lebih baik bila kaum Hamas membenahi kota Gaza yang hancur lebur karena Israel? Bersimpati memang perlu, tapi bersimpati lah seperlunya saja. Dan harusnya tidak ada perayaan yang tidak perlu seperti itu.