Jumat, November 07, 2008

Hak vs Privacy

Masih ga ngerti dengan orang yang melupakan tentang privacy orang lain, walaupun itu sahabat/keluarganya sekalipun. Akhir-akhir ini saya cukup dibuat dongkol dengan ulah beberapa orang yang memasuki "wilayah pribadi" saya tanpa ijin dan mengambil milik saya tanpa ijin juga. Dari yang sepele saja. Ada seorang teman yang memakai foto hasil karya saya tanpa ijin dan dimasukkan ke gambar dalam YM-nya. Atau saya baru tau saat saya membuka komputernya (atas ijinnya, tentunya) dan melihat foto saya nangkring dengan manisnya di screen savernya. Saya lumayan kaget juga, tadinya. Tanpa basa basi saya tanya benar atau tidak itu foto saya. Dan dengan tanpa dosanya dia nyengir dan mengiyakan. Dia cuma bilang, "bagus siih, pic-nya"

Bangga? Ga. Jengkel, iya. Minta maaf kek. Bukannya saya sombong, merasa hasil karya saya paling bagus. Tapi, saya butuh ijinnya. Itu saja.Saat saya tanya kapan dia mengambil foto itu karena saya tidak merasa memberikan ijin. Dia dengan entengnya bilang,"waktu gua pinjem flash-lo en buka-buka pic-lo. What?? Buka-buka??? Jadi agak was-was juga. Jangan-jangan hasil tulisan untuk blog ini juga disabotase? Dan lagi-lagi, dia ngomong seperti itu dengan nada bangga tanpa rasa bersalah sedikit pun, apalagi minta maaf. Dan saya jadi tidak bernafsu lagi untuk mengerjakan tugas menggunakan kompie-nya. Dan karena jahatnya lagi kumat, saat dia lengah saya "tandai" foto saya. Tanpa ijin dia juga. Puas? Belom siih. Tapi mendingan lah. Kalo dia protes, saya juga akan balik protes.


Masih berurusan dengan privacy. Kemarin dan kemarinnya lagi, ada teman yang meminjam handphone saya tanpa ijin. Dan (lagi-lagi) membuka foto-foto dalam handphone saya. Ga tau, dia ikut membuka sms-sms saya atau tidak. Beberapa waktu lalu juga ada sepupu saya yang membuka-buka handphone saya dan melihat-lihat foto saya. Dan parahnya, memperlihatkan foto-foto tersebut kepada ibundanya dan saudara saya lainnya. Memang foto-foto tersebut terdapat foto sahabat-sahabat saya yang mayoritas laki-laki. Tapi, memangnya kenapa? Apa iya, pacar saya sebanyak itu? Dan yang lebih penting, kok dia lancang banget siih membuka-buka handphone orang lain tanpa ijin? Saya bukan orang yang terbiasa meminjam barang orang lain kalo ga kepaksa, apalagi meminjam/mengambil barang milik orang lain tanpa ijin. Walaupun handphone kakak saya sendiri. Tapi, saya tidak pernah mengutak-atik tanpa seijin pemilik. Balik ke handphone saya yang dipinjam paksa oleh sepupu saya. Saya mengambil handphone saya. Dengan paksa juga. Jujur, saya tersinggung. Bukan hanya karena sepupu saya 10 tahun lebih muda dari saya. Tapi dia sudah melanggar wilayah pribadi saya. Dan saya paling ga suka dengan orang yang memasuki wilayah pribadi saya tanpa ijin. Dan saya berhak untuk tidak meminjamkan handphone saya kan? Trauma aja kalo dia akan melakukan hal serupa. Duuuh, bener-bener ga ngerti..


>> foto-foto di atas adalah hasil karya saya yang dijarah teman saya tersebut dan yang kemudian saya "tandai" :P

4 komentar:

Anonim mengatakan...

yah,memang seperti itu adanya. masih banyak yg belum menghargai privasi dan hak cipta orang lain, padahal sudah ada UU tentang hak cipta.
jangankan foto, makalah yg ada di blog orangpun diambil dan diakui sebagai hasil karya sendiri, itu sudah jamak. jurnal diedit sedikit, dianggap pemikiran kita.
intinya mulai dari kita sendiri. bila kita niat mengcopy hasil karya org lain, minimal kita minta ijin atau mencantumkan nama pembuat karya orang tersebut.
dampak terakhir akan terasa saat membuat skripsi apabila kita tidak terbiasa mencantumkan daftar pustaka.

echi weedya mengatakan...

naaah.. itu dia, Ardi. Bete banget kan? Mending kalo dia minta maaf :P

Anonim mengatakan...

memasuki wilayah pribadi tanpa izin emang salah,seperti HP anda dibuka oleh saudara anda,hal ini bukan karena kesalahan saudara anda sepenuhnya tapi juga karena kelalaian anda.

echi weedya mengatakan...

mungkin. Tapi apa dia harus membuka hape orang lain tanpa ijin?? seingat saya, dari dulu sejak saya masih SD, saya sudah tau tentang privacy, walaupun dalam arti yang sederhana. Misalnya, meminjam barang kakak saya dengan ijin, walaupun hanya mainan. Dan itu diterapkan dalam anggota keluarga kami. Jadi menurut saya, ini masalah kebiasaan dan pelajaran budi pekerti.