Selasa, September 23, 2008

Lupa, pura-pura lupa, atau tidak kenal

Kemaren sabtu, menemani ibunda ke pasar di deket rumah. Ketika akan melangkah, membeli sesuatu yang terlupa, saya berpapasan dengan seseorang. Seseorang yang wajahnya sangat familiar. Seseorang yang rasanya dulu pernah begitu dekat. Tapi entah mengapa saya lupa dengan dia. Kami sempat saling mengamati. Hanya dalam hitungan detik, dia berpaling. Kelihatan terburu-buru, seolah-olah saya seorang debt collector yang segera meneror dia. Dia segera berlalu dari hadapan saya. Dan saya sempat melihat raut wajahnya yang berubah pucat ketika melihat saya. Aneh. Tapi keanehan itu terjawab juga akhirnya. Ya, karena akhirnya saya mengingatnya. Dia memang dulu begitu dekat dengan saya. 10 tahun yang lalu. Sampai terjadi peristiwa itu. Yang mengubah sifat saya. yang mengubah cara pandang saya. dan membuka ‘mata’ saya. Tentang arti seorang sahabat. Tentang arti sebuah persahabatan.

Jujur, tadinya saat bertemu muka kembali, saya begitu kaget, karena dalam hati kecil saya pernah mengenalnya begitu dekat. Tapi, siapa dan sedekat apa?
Entah apa maksud dari semua sikapnya tadi. Atau kah dia ingin menghindar? Atau tidak ingin mengingat saya? atau takut akan saya tuntut akan perlakuannya dulu terhadap saya? Padahal, saya hanya ingin bertanya bagaimana kabarnya, sedang sibuk apa dia sekarang, dan sebagainya layaknya seorang teman yang sekian lamanya bertemu kembali setelah sekian lama tidak terdengar kabarnya. Saya tidak akan mempertanyakan semua sikapnya dulu terhadap saya. Buat apa? Dari sikapnya saja saya sudah tau apa yang terjadi. Saya juga tidak hendak memaki atau meneror dia. Untuk apa? Saya toh sudah kembali bisa berdiri lagi, walau dengan langkah perlahan dan kadang hampir terjatuh.

Dan saya bersyukur telah mengalami semua itu. Karena peristiwa itu, saya jadi tau mana sahabat yang benar-benar tulus atau hanya mau mendekat saat senang saja, tapi saat saya difitnah banyak orang, dia ikut menghujat saya. dan saya juga telah memaafkan dia. Kalaupun saya belum bisa melupakan peristiwa itu, semata-mata untuk menjadi pelajaran yang berharga untuk saya. saat saya terjatuh, hanya sahabat sejati lah yang akan mengulurkan tangannya untuk menolong saya dan percaya kepada saya, di saat semua orang memfitnah saya.
Saya jadi teringat bahwa beberapa minggu yang lalu saya bertemu (lagi) dengan teman yang lain. Yang bersikap sama juga terhadap saya. ga tau juga maksudnya apa. Karena saya merasa tidak berbuat salah terhadap dia. Atau dia merasa ‘lebih dari saya, sehingga saya tidak penting untuk dikenalnya? Yang jelas, dia lebih tinggi (badannya) dari saya. tapi, bukan berarti lebih segalanya kan?

Dan tadi malam, lagi-lagi saya bertemu dengan teman lama. 3 tahun lebih tidak bertemu. Saya juga sudah hampir lupa dengan dia. Tapi, senyumnya langsung terkembang. Senyum seorang teman lama. Walaupun kami tidak pernah satu kelas. Karena kami hanya satu angkatan saat SMA dulu. Dan saya jadi teringat dengan masa-masa SMA saya dulu dengan berbagai kenangannya dengan dia dan teman-teman yang lain. Kami tidak sempat bertanya apapun karena dia terlihat begitu sibuk dengan kerjaannya. Seringkali, saya benar-benar lupa kalau pernah mengenal si A, siapa namanya, teman saya yang mana, kenal di mana, dsb, dsb. Dan biasanya memerlukan waktu beberapa lama untuk membuka memori ingatan saya tentang teman-teman saya. Atau terkadang entah mengapa saya begitu mengingat tentang seseorang yang baru beberapa kali saya kenal. Tapi, kalaupun ingat, ketika bertemu akan saya coba sapa. Kalaupun dia tidak ingat kepada saya, itu urusan lain. Bukannya malah mlengos, atau menghindar. Kecuali, dia benar-benar telah membuat saya terluka.

Ah sudahlah. Yang penting masih banyak teman dan sahabat yang masih mau melangkah bersama dengan saya. Mau menerima apa adanya saya.

2 komentar:

radietya10 mengatakan...

iya.. masih banyak kok chi.. tenang aja loe ;D

echi weedya mengatakan...

he2.. tengqyuw..